My adventure

My adventure
SHIBO n Me

Rabu, 09 November 2011

KETIKA MASA LALU BERBICARA

Minggu, 6 November 2011
21:35
Edelweis^^


“Pokoknya Bunda gak setuju kamu nikah sama lelaki itu.”
“Tapi kenapa Bunda?”
“Dia bukan laki-laki yang tepat untuk kamu sayang,,, masih banyak yang lain di luar sana.”
“Bagaimana Bunda yakin di bukan pilihan yang tepat. Ananda cinta dia Bunda, berikanlah restumu untuk anakmu ini Bunda, , sungguh Ananda tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Allah akan meridhoi langkah Ananda jika engkau juga meridhoi. Bunda. . .alasan apa yang membuat Bunda tidak merestui Ananda dengannya?”
Tak ada jawaban, hanya tangisan Bunda yang membuatku semakin perih dan penasaran. Kenapa ini semua? Ayah,,, jika engkau masih ada, bantu aku membujuk Bunda dan katakan padaku apa yang telah terjadi sebenarnya.
“Kau ingin tahu anakku? Kau benar-benar ingin tahu alasan Bunda yang sesungguhnya? Janji kau tidak akan membenci Bunda?”
“Apapu demi kebaikan Ananda, insyaallah Ananda ikhlas.”
* * *
“Maafin Ayu mz, Ayu tidak bisa membantah perintah Bunda. Ayu tidak ingin menyakiti Bunda dan membuat Bunda menderita. Ayu tidak bisa menikah dengan mz, maaf. . .”
“Kenapa begitu mendadak? Apa kamu masih sakit hati terhadap tingkah Ayah dan Ibuku yang sempat menolak kehadiranmu? Mereka sekarang sudah mau menerimau sayang, ,”
“Bukan itu mz, mereka mungkin punya alasan tersendiri kenapa tidak mau menerimaku. Apalagi setelah mengetahui Ayu ini anak siapa.”
“Maksud kamu apa? Apa karena persaingan kantor antara papahku dan ayah kamu dulu?”
“Ayu tidak begitu paham masalah kantor, pekerjaan, ataupun persaingan. Jangan ungkit-ungkit tentang Ayah, itu membuatku sedih. Sekali lagi Ayu minta maaf, tidak bisa menikah dengan mz.”
* * *
Angin  yang menghempas, merontokan bunga-bunga sakura yang begitu menawan hati. Di negri yang penuh sakura ini, Ayu berdiri menatap megahnya gunung Fuji yang begitu kokoh dan tegar berdiri. Tak terasa sudah satu tahun dari perpisahan menyakitkan itu, tapi Bunda sudah berikan yang terbaik untuk Ayu, maka itulah saat-saat Ayu ingin membahagiakan Bunda. Foto kenangan 25 tahun yang lalu, foto Bunda dengan cinta pertamanya. Bukan ayah Ayu tentunya. Tapi Ayu paham benar siapa lelaki itu, sedikit ada kemiripan dengan dia. Pikiran Ayu jadi melanglang ke masa 25 tahun yang lalu, membayangkan jika dia berada diposisi Bunda.
Saat itu hujan gerimis mengguyur kota Bogor, sepasang kekasih yang baru menginjak usia SMA tengah asyik mengobrol di warung kopi dekat sekolahnya.
“Say, malam ini ada acara nggak?”
“Kenapa?”
“Kalau nggak hujan , , ,jalan yuk, ada yang ingin aku tunjukan ke kamu di hari jadi kita yang ke-3. Maukan pergi kencan denganku. . .” rayu sang cowo dengan lihainya. Membuat pasangannya hanya tersenyum malu-malu tak bisa menolak.
Dimalam itu, di tepi danau sepasang kekasih yang sudah janjian untuk bertemu mengikrarkan janji untuk selalu hidup bersama.
“Will you marry me?”
“Apa-apaan sih, kita kan masih SMA.”
“Gak apa-apa, aku cinta kamu, hanya ingin memilikimu, dan ingin menjadi suamimu. Kita akan selalu bersama kan? Aku janji tidak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi. Kau satu-satunya gadis yang ku cinta. Will you marry me honey?”
“Kau tentu tahu jawabanku.”
Sepasang kekasih yang di mabok cinta itu, tak pernah menyangka jika malam itu setan ikut campur dalam percintaan mereka. Rayuan-rayuan manis telah goyahkan benteng iman sang cewe, hingga memberikan yang paling berharga dalam hidupnya untuk seseorang yang belum tentu menjadi jodohnya. Yang ada, tangispun membuncah ketika kesadaran mulai merasuk sukma.
“Maafkan aku say, , ,aku gak bisa menahannya. Tapi aku janji aku akan bertanggung jawab karna aku tlah menodaimu. Aku gak akan ninggalin kamu.”
Janji hanyalah janji, ucapan hanyalah ucapan. Meski tak menyebabkan kehamilan, nyatanya cowo itu pergi menghilang entah kemana. Perih yang menyayat hanya mampu ditahan dalam relung jiwa. Antara ada dan tiada, berharap sang kekasih kembali tuk menepati janjinya. Sempat terpikir oleh sang gadis tuk mencoba mengakhiri hidupnya tapi masih ingat dosa, dan tidak ingin menambah dosa lagi. Perih itu tetap tersimpan rapi selama bertahun-tahun hingga sang teman mengabarkan mantan kekasihnya itu telah menikah dengan anak konglomerat. Habis sudah harapan kecil itu, sesak yang menyanyat mampu membunuh seluruh kehidupan yang ada di dalam diri sang gadis. Semua akan berakhir dengan tragis jika saja tidak ada sang penyelamat. Kedatangan laki-laki berwibawa yang dengan tulus menerima gadis itu apa adanya, menumbuhkan kembali semangat hidup yang sempat layu. Namun sayang, Allah memanggilnya lebih dahulu.
Ayu menyekap air matanya yang menetes, betapa beratnya Bunda menahan derita itu. Dan kenapa takdir mempertemukan masa lalu itu lagi? Ayu hanya menangis, seandainya saja laki-laki yang dicintai itu bukan anak dari penyebab luka Bunda, seandainya, seandainya, dan seandainya.
Bunda.....semoga Bunda mampu memaafkan semua itu dan tidak merasa perih lagi. Ayu terlahir juga tidak lepas dari peristiwa itu, jika Bunda tidak menikah dengan ayah, mungkin Ayu tidak ada di dunia ini. Bunda,,,,, semoga engkau bahagia, Ayu juga akan bahagia dan menemukan pengganti. Restui aku Bunda, agar aku tenang belajar di negri Sakura ini dan Bunda sehat-sehat saja dirumah.
Sumbing Mount
Whussss.....ada angin sejuk yang menerpa seakan membawa seluruh kesedihan menghilang. Mentaripun tersenyum ramah menyambut Ayu di negeri matari terbit itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar